Struktur
molekul sederhana
Ikatan ionik dibentuk oleh tarikan elekrostatik
antara kation dan anion. Karena medan listrik suatu ion bersimetri bola, ikatan
ion tidak memiliki karakter arah. Sebaliknya, ikatan kovalen dibentuk dengan
tumpang tindih orbital atom. Karena tumpang tindih sedemikian sehingga orbital
atom dapat mencapai tumpang tindih maksimum, ikatan kovalen pasti bersifat
terarah. Jadi bentuk molekul ditentukan oleh sudut dua ikatan, yang kemudian
ditentukan oleh orbital atom yang terlibat dalam ikatan.
Paparan di atas adalah pembahasan umum struktur
molekul. Struktur molekul sederhana dapat disimpulkan dari pertimbangan
sterekimia sederhana yang akan dijelaskan di bab ini.
a.
Teori tolakan pasangan elektron valensi
Di tahuan 1940, Sidgwick mengusulkan teori yang
disebut dengan Teori tolakan pasangan elektron valensi [valence shell electron
pair repulsion (VSEPR)], yang karena sifat kualitatifnya sangat mudah
dipahami. Teorinya sangat cocok untuk mempredksi struktur senyawa berjenis XYm.
Menurut teori ini, jumlah pasangan elektron menentukan penyusunan
pasangan-pasangan elektron di sekitar atom pusat molekul. Terdapat gaya tolak
elektrostatik antara dua pasangan elektron yang cenderung menolak orbital atom
sejauh mungkin satu sama lain. Karena pasangan elektron menempati orbital atom,
pasangan elektron bebas juga mempunyai dampak yang sama dengan pasangan
elektron ikatan. Dengan kata lain, pasangan elektron bebas dan pasangan
elektron ikatan juga tolak menolak sejauh mungkin.
SENYAWA DENGAN ATOM PUSAT DIVALEN
Menurut teori VSEPR, dua pasangan elektron yang
dimiliki atom pusat divalen akan terpisah sejauh mungkin bila sudut ikatannya
180°. Dengan kata lain, molekulnya akan memiliki struktur linear. Faktanya,
berilium khlorida BeCl2, dengan atom pusat divalen, adalah molekul linear .
Seperti akan didiskusikan kemudian, beberapa senyawa seperti karbon dioksida
O=C=O dan alena H2C=C=CH2 juga linear seolah memiliki atom pusat divalen.
SENYAWA DENGAN ATOM PUSAT TRIVALEN
Bila teori VSEPR berlaku juga untuk senyawa dengan
atom pusat trivalen seperti boron trikhlorida BCl3, sudut ikatan ∠Cl-B-Cl akan bernilai
120° dengan emapt atom itu berada dalam bidang yang sama. Struktur trigonal
planar juga diamati di timah khlorida, SnCl3. Catat juga bahwa struktur
segitiga juga diamati di etilena H2C=CH2, ion nitrat NO3 dan sulfur
dioksida SO2.
SENYAWA DENGAN ATOM PUSAT TETRAVALEN
Teori karbon tetrahedral diusulkan oleh kimiawan
Belanda Jacobus Henricus van’t Hoff (18521911) dan kimiawan Perancis Joseph
Achille Le Bel (1847-1930), yang menyempurnakan teorinya hampir pada saat yang
bersamaan. Kesimpulan yang sama juga dapat secara otomatis didapatkan dari
teori VSEPR. Misalnya untuk metana, struktur yang akan memiliki tolakan antar
pasangan elektron yang minimal didapatkan untuk geometri tetrahedron dengan
sudut 109,5°, yang jelas lebih besar dari bujur sangakar yang bersudut 90°.
Menariknya ion amonium NH4+dengan atom nitrogen sebagai atom pusat juga
tetrahedral seperti metana. Bila pasangan elektron bebas juga dihitung, atom
nitrogen dari amonia NH3 dan atom oksigen dalam air H2O juga dapat
dianggap
tetravalen. Namun di molekul-molekul ini tidak
didapat tetrahedral sempurna, sudut ikatan ∠HNH
adalah 106° dan ∠H-O-H
adalah 104,5°. Fakta ini menyarankan hubungan kualitatif berikut.
Kekuatan relatif tolakan
Pasangan elektron bebas (PEB)-PEB > PEB- Pasangan
elektron ikatan (PEI) > PEI-PEI Beberapa ion poliatomik semacam SO42- dan
SO32- juga memiliki struktur tetrahedral.
SENYAWA DENGAN VALENSI LEBIH TINGGI DARI EMPAT
Struktur senyawa dengan atom pusat memiliki valensi
lebih besar dari empat juga dapat dijelaskan dengan teori VSEPR. Senyawa
pentavalen memiliki struktur trigonal bipiramidal. Senyawa khas jenis ini
adalah fosfor pentakhlorida PCl5. Senyawa dengan atom pusat heksavalen
berstruktur oktahedral, yang identik dengan bujur sangkar bipiramid. Contoh
yang baik adalah belerang heksafluorida SF6. Dalam kasus senyawa heptavalen,
situasinya sama dan strukturnya adalah pentagonal bipiramid.
Ketika menggunakan teori ini, dalam senyawa yang
strukturnya ditentukan pasangan elektron bebas harus diikutsertakan sebagai
bagian pasangan elekron yang menentukan struktur. Misalnya untuk IF5 dan
ICl4 hal ini sangat penting. Di Gambar 4.1 ditunjukkan beberapa struktur
senyawa khas.
(c) segitiga bipiramid PCl5; (d) oktahedron SF6.
Latihan: Prediksi struktur berdasarkan teori
VSEPR Prediksikan struktur spesi kimia berikut dengan teori VSEPR: (a) SO2, (b)
SO3 (c ) SO42-
Jawab: (a) segitiga, (b) piramidal , (c )
tetrahedral
b.
Hibridisasi orbital atom
Diharapkan bahwa berilium khlorida BeCl2 dan
timah (II) khlorida SnCl2 akan memiliki struktur yang mirip karena
memiliki rumus molekul yang mirip. Namun, ternyata senyawa pertama berstruktur
linear sedang yang kedua bengkok. Hal ini dapat dijelaskan dengan perbedaan
orbital atom yang digunakan. Bila elektron-elektron mengisi orbital atom
mengikuti prinsip Aufbau, elektron akan mengisi orbital atom yang berenergi
terendah. Dua elektron diizinkan mengisi satu orbital. Menurut prinsip Pauli,
tidak ada elektron yang memiliki satu set bilangan kuantum yang tepat sama (Bab
2.4 (d)). Masalah yang timbul adalah akan diletakkan di mana elektron ke-empat
atom karbon. Telah ditetapkan bahwa konfigurasi elektron terendah atom adalah
konfigurasi dengan jumlah elektron tak berpasangan maksimum dan masih tetap diizinkan
oleh aturan Pauli dalam set orbital dengan energi yang sama (dalam kasus karbon
adalah tiga orbital 2p). Dalam kasus ini awalnya semua elektron akan memiliki
bilangan kuantum spin yang sama (yakni, +1/2 atau -1/2) (Gambar 4.2).
Berilium adalah atom dengan dua elektron valensi dan
konfigurasi elektron (1s22s2). Agar berilium membentuk ikatan sebagai atom
divalen, orbital 2s dan 2p harus membentuk pasangan orbital terhibridisasi sp.
Karena kedua orbital hibrida sp membentuk sudut ikatan 180°, BeCl2dengan
demikian linear.
Mirip dengan itu, boron yang memiliki tiga elektron
valensi dan konfigurasi elektron 1s22s22p1; atau secara sederhana ditulis 1s22s22p.
Untuk membentuk ikatan dengan valensi tiga, konfigurasi elektronnya harus (1s22s2px2py).
Satu orbital 2s dan dua orbital 2p akan membentuk orbital terhibridisasi sp2.
Karena sudut ikatan antara dua orbital hibrida sp2 adalah 120°, BCl3berstruktur
segitiga.
Dalam kasus senyawa karbon, strukturnya dijelaskan
dengan mengasumsikan empat orbital sp3ekuivalen terbentuk dari satu orbital 2s
dan tiga orbital 2p. Atom karbon memiliki empat elektron valensi, dan
konfigurasi elektronnya adalah 1s22s22p2, dan untuk membentuk atom tetravalen,
konfigurasi elektronnya harus berubah menjadi (1s22s2px2py2pz). Dengan
hibridisasi, empat orbital hibrida sp3 yang ekuivalen akan terbentuk.
Sudut ikatan yang dibuat oleh dua orbital hibrida sp3 adalah 109,5° (sudut
tetrahedral). Inilah alasan mengapa metana berstruktur tetrahedral.
Untuk kasus senyawa nitrogen, amonia NH3 misalnya,
empat dari lima elektron valensi atom nitrogen akan menempati empat orbital
hibrida sp3 seperti ditunjukkan di Gambar 4.3. Satu elektron valensi yang
tersisa akan menempati satu orbital hibrida yang telah diisi satu elektron.
Jadi spin elektron kedua ini harus berlawanan dengan spin elekron pertama.
Akibatnya atom nitrogen akan trivalen dengan satu pasangan elektron bebas.
Dalam kasus fosfor, ada dua kasus. Dalam satu kasus
atom fosfornya trivalen dengan satu pasang elektron bebas seperti nitrogen, dan
di satu kasus lain fosfornya pentavalen dengan orbital hibrida dsp3. Fosfor
pentavalen memiliki struktur trigonal bipiramidal. Ion kompleks dengan ion
nikel atau kobal sebagai atom pusat berkoordinasi enam dengan struktur
oktahedral.
Sebagaimana didiskusikan di atas, baik teori VSEPR
maupun hibridisasi orbital atom akan memberikan kesimpulan struktur molekul dan
ion yang sama. Walaupun teori VSEPR hanya bergantung pada tolakan antar
pasangan elektron, dan teori hibridisasi memberikan justifikasi teoritisnya.
sumber :
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/bentuk_molekul1/struktur-molekul-sederhana/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar