Siapa yang tidak mengenal sumpit ? yapp sumpit
adalah alat bantu makan yang biasa kita pakai untuk memakan mie ataupun makanan
lainya. Pada umumnya sumpit terbuat dari bahan seperti bambu, kayu, logam,
gading dan plastik yang permukaannya sudah dihaluskan atau dilapis dengan bahan
pelapis seperti pernis atau cat supaya tidak melukai mulut dan terlihat bagus,
sumpit sendiri berbentuk dua batang kayu sama panjang yang dipegang di antara
jari-jari salah satu tangan. Sumpit sendiri menjadi alat utama sebagai alat
bantu makan dikawasan Asia khususnya Jepang, Korea, Cina, Vietnam, Thailand
ataupun di Indonesia.
Akan tetapi tanpa kita sadari ada bahaya yang
mengintai dibalik penggunaan sumpit bambu. Bahaya penggunaan sumpit bambu ini
juga sempat di bahas pada salah satu berita di salah satu stasiun tv swasta. Ya
bambu sebagai bahan dasar sumpit merupakan benda yang mudah
mengalami pembusukan, dan juga kadang memberi warna yang tak bagus dipandang
oleh karena itu perodusen biasanya menambahkan bahan pengawet dan pewarna pada
sumpit bambu tersebut. Pengawet yang digunakan untuk mengawetkan tak
tanggung-tanggung, pengawet yang digunakan adalah formalin,
sebagaimana kita ketahui formalin biasanya
digunakan untuk mengawetkan mayat. Dari tiga sample acak yang diuji di
laboraterium di acara tersebut, ternyata tiga-tiganya positif mengandung
formalin. Selain itu terdapat juga bakteri-bakteri yang kemungkinan
bersasal dari kotoran kecoa dan tikus yang diduga terjadi pada saat proses
produksi yang tidak higienis.
Satu hal yang menjadi catatan khusus adalah kalau
diamati dengan seksama sering tampak kalau cat di sumpit bambu ini sering sudah
mengelupas. Jadi akibat pemakaian sumpit yang berulang mungkin karena tergerus
saat kontak dengan gigi atau saat digosok waktu pencucian maka cat pelapis
bambu akan mengelupas. Dari sini muncul bahaya yang tersembunyi dari cat yang
mengelupas dari sumpit bambu. Apabila bagian lapisan cat ikut tertelan ke dalam
tubuh maka pigmen pemberi warna dalam cat dapat masuk. Akumulasi cat ini dapat
menyebabkan efek karsinogenik dari pigmen anorganik yang biasa digunakan dalam
cat untuk sumpit itu.
Kembali lagi kepada kandungan formalin dalam sumpit
bambu yang bisa larut dalam makanan yang dimakan menggunakan sumpit terebut dan
masuk ke tubuh kita.. Adapun bahaya formalin yang terdapat dalam sumpit jika
masuk kedalam tubuh adalah sebagai berikut:
1. Kulit
kemerahan, kulit seperti terbakar, alergi kulit.
2. Iritatif,
mata merah, berair, kebutaan.
3. Mimisan.
4. Sesak
nafas suara seraj, batuk kronis, sakit tenggorokan.
5. Iritatif
lambung, mual muntah, mulas.
6. Kerusakan
hati.
7. Radang
paru.
8. Kerusakan
ginjal.
9. Kerusakan
testis, gangguan menstruasi, infertilitas sekunder.
Proses pembuatan sumpit kayu :
1. Dipotong
dari pohon bambu
2. Diproduksi
oleh industri rumah tangga
3. Di
“putihkan” dengan menggunakan sulfur dan hidrogen peroxida (tanpa disinfektan)
4. Proses
pengeringan seadanya
5. Di
kemas seadanya dan di export ke luar negeri
6. Proses
pengemasan (tanpa disinfektan) dan tanpa proses disinfektan (sterilisasi)
7. Sumpit
telah siap pakai
Tahukah Anda, bahwa ada ribuan bahkan jutaan
kuman-kuman dan mikroorganisme merugikan yang menetap didalam sumpit ?
Semua sisa cairan (pemutih, sulfur, hidrogen
peroxida, kotoran tikus, kotoran kecoa, telor kecoa, telor ulat dsb) akan terus
menetap di lubang-lubang kecil tersebut sampai Anda menggunakannya.
Sebuah percobaan yang membuktikan bahaya
sumpit :
1. Rendamlah
sumpit bambu ini ke dalam air selama 1 minggu, airnya akan menjadi BAU.
2. Kacang
polong yang ditanam dengan air rendaman ini akan tumbuh lebih lambat, dan
berhenti tumbuh ketika mencapai 5-6 cm dan kemudian mati.
3. sap
pembakaran dari sumpit ini akan bersifat asam.
Sumber :
Mari kunjungi : http://www.pantonanews.com/user-kamaludin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar