Hukum
gas ideal
Gas merupakan satu dari tiga wujud zat dan walaupun
wujud ini merupakan bagian tak terpisahkan dari studi kimia, bab ini terutama
hanya akan membahasa hubungan antara volume, temperatur dan tekanan baik dalam
gas ideal maupun dalam gas nyata, dan teori kinetik molekular gas, dan tidak
secara langsung kimia. Bahasan utamanya terutama tentang perubahan fisika, dan
reaksi kimianya tidak didisuksikan. Namun, sifat fisik gas bergantung pada
struktur molekul gasnya dan sifat kimia gas juga bergantung pada strukturnya.
Perilaku gas yang ada sebagai molekul tunggal adalah contoh yang baik
kebergantungan sifat makroskopik pada struktur mikroskopik.
a.
Sifat gas
Sifat-sifat gas dapat dirangkumkan sebagai berikut.
1. Gas
bersifat transparan.
2. Gas
terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya.
3. Gas
dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.
4. Volume
sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas tidak diwadahi, volume gas
akan menjadi tak hingga besarnya, dan tekanannya akan menjadi tak hingga
kecilnya.
5. Gas
berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan luar.
6. Bila
dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata.
7. Gas
dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi, gas akan
mengembang.
8. Bila
dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan mengkerut.
Dari berbagai sifat di atas, yang paling penting
adalah tekanan gas. Misalkan suatu cairan memenuhi wadah. Bila cairan
didinginkan dan volumenya berkurang, cairan itu tidak akan memenuhi wadah lagi.
Namun, gas selalu akan memenuhi ruang tidak peduli berapapun suhunya. Yang akan
berubah adalah tekanannya.
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan gas
adalah manometer. Prototipe
alat pengukur tekanan atmosfer, barometer,
diciptakan oleh Torricelli.
Tekanan didefinisikan gaya per satuan luas, jadi
tekanan = gaya/luas.
Dalam SI, satuan gaya adalah Newton (N), satuan luas
m2, dan satuan tekanan adalah Pascal (Pa). 1 atm kira-kira sama dengan tekanan
1013 hPa.
1 atm = 1,01325 x 105 Pa = 1013,25 hPa
Namun, dalam satuan non-SI unit, Torr, kira-kira
1/760 dari 1 atm, sering digunakan untuk mengukur perubahan tekanan dalam
reaksi kimia.
b.
Volume dan tekanan
Fakta bahwa volume gas berubah bila tekanannya
berubah telah diamati sejak abad 17 oleh Torricelli dan filsuf /saintis
Perancis Blase Pascal (1623-1662). Boyle mengamati bahwa dengan mengenakan
tekanan dengan sejumlah volume tertentu merkuri, volume gas, yang terjebak
dalam tabung delas yang tertutup di salah satu ujungnya, akan berkurang. Dalam
percobaan ini, volume gas diukur pada tekanan lebih besar dari 1 atm.
Boyle membuat pompa vakum menggunakan teknik
tercangih yang ada waktu itu, dan ia mengamati bahwa gas pada tekanan di bawah
1 atm akan mengembang. Setelah ia melakukan banyak percobaan, Boyle mengusulkan
persamaan (6.1) untuk menggambarkan hubungan antara volume V dan tekanan P gas.
Hubungan ini disebut dengan hukum Boyle.
PV = k (suatu tetapan) (6.1)
Penampilan grafis dari percobaan Boyle dapat
dilakukan dengan dua cara. Bila P diplot sebagai ordinat dan V sebagai absis,
didapatkan hiperbola (Gambar 6.1(a)). Kedua bila V diplot terhadap 1/P, akan
didapatkan garis lurus (Gambar 6.1(b)).
(a) Plot hasil percobaan; tekanan vs. volume
(b) Plot hasil percobaan; volume vs 1/tekanan. Catat bahwa kemiringan k tetap.
(b) Plot hasil percobaan; volume vs 1/tekanan. Catat bahwa kemiringan k tetap.
Volume
dan temperatur
Setelah lebih dari satu abad penemuan Boyle ilmuwan
mulai tertarik pada hubungan antara volume dan temperatur gas. Mungkin karena
balon termal menjadi topik pembicaraan di kotakota waktu itu. Kimiawan Perancis
Jacques Alexandre César Charles (1746-1823), seorang navigator balon yang
terkenal pada waktu itu, mengenali bahwa, pada tekanan tetap, volume gas akan
meningkat bila temperaturnya dinaikkan. Hubungan ini disebut dengan hukum
Charles, walaupun datanya sebenarnya tidak kuantitatif. Gay-Lussac lah yang
kemudian memplotkan volume gas terhadap temperatur dan mendapatkan garis lurus
(Gambar 6.2). Karena alasan ini hukum Charles sering dinamakan hukum
Gay-Lussac. Baik hukum Charles dan hukum Gay-Lussac kira-kira diikuti oleh
semua gas selama tidak terjadi pengembunan.
Pembahasan menarik dapat dilakukan dengan hukum
Charles. Dengan mengekstrapolasikan plot volume gas terhadap temperatur,
volumes menjadi nol pada temperatur tertentu. Menarik bahwa temperatur saat
volumenya menjadi nol sekiatar -273°C (nilai tepatnya adalah -273.2 °C) untuk
semua gas. Ini mengindikasikan bahwa pada tekanan tetap, dua garis lurus yang
didapatkan dari pengeplotan volume V1 dan V2 dua gas 1 dan 2 terhadap
temperatur akan berpotongan di V = 0.
Fisikawan Inggris Lord Kelvin (William Thomson
(1824-1907)) megusulkan pada temperatur ini temperatur molekul gas menjadi
setara dengan molekul tanpa gerakan dan dengan demikian volumenya menjadi dapat
diabaikan dibandingkan dengan volumenya pada temperatur kamar, dan ia
mengusulkan skala temperatur baru, skala temperatur Kelvin, yang didefinisikan
dengan persamaan berikut.
273,2 + °C = K (6.2)
Kini temperatur Kelvin K disebut dengan temperatur
absolut, dan 0 K disebut dengan titik nol absolut. Dengan menggunakan
skala temperatur absolut, hukum Charles dapat diungkapkan dengan persamaan
sederhana
V = bT (K) (6.3)
dengan b adalah konstanta yang tidak bergantung
jenis gas.
Menurut Kelvin, temperatur adalah ukuran gerakan
molekular. Dari sudut pandang ini, nol absolut khususnya menarik karena pada
temperatur ini, gerakan molekular gas akan berhenti. Nol absolut tidak pernah
dicapai dengan percobaan. Temperatur terendah yang pernah dicapai adalah
sekitar 0,000001 K.
Avogadro menyatakan bahwa gas-gas bervolume sama,
pada temperatur dan tekanan yang sama, akan mengandung jumlah molekul yang sama
(hukum Avogadro; Bab 1.2(b)). Hal ini sama dengan menyatakan bahwa volume real
gas apapun sangat kecil dibandingkan dengan volume yang ditempatinya. Bila anggapan
ini benar, volume gas sebanding dengan jumlah molekul gas dalam ruang tersebut.
Jadi, massa relatif, yakni massa molekul atau massa atom gas, dengan mudah
didapat.
d.
Persamaan gas ideal
Esensi ketiga hukum gas di atas dirangkumkan di
bawah ini. Menurut tiga hukum ini, hubungan antara temperatur T, tekanan P dan
volume V sejumlah n mol gas dengan terlihat.
Tiga hukum Gas
Hukum Boyle: V = a/P (pada T, n tetap)
Hukum Charles: V = b.T (pada P, n tetap)
Hukum Avogadro: V = c.n (pada T, P tetap)
Hukum Charles: V = b.T (pada P, n tetap)
Hukum Avogadro: V = c.n (pada T, P tetap)
Jadi, V sebanding dengan T dan n, dan berbanding
terbalik pada P. Hubungan ini dapat digabungkan menjadi satu persamaan:
V = RTn/P (6.4)
atau
PV = nRT (6.5)
R adalah tetapan baru. Persamaan di atas disebut
dengan persamaan keadaan gas ideal atau lebih sederhana persamaan
gas ideal.
Nilai R bila n = 1 disebut dengan konstanta gas,
yang merupakan satu dari konstanta fundamental fisika. Nilai R beragam
bergantung pada satuan yang digunakan. Dalam sistem metrik, R = 8,2056 x10–2 dm3 atm
mol-1 K-1. Kini, nilai R = 8,3145 J mol-1 K-1 lebih sering
digunakan.
Latihan
6.1 Persamaan gas ideal
Sampel metana bermassa 0,06 g memiliki volume 950 cm3 pada
temperatur 25°C. Tentukan tekanan gas dalam Pa atau atm).
Jawab: Karena massa molekul CH4 adalah 16,04,
jumlah zat n diberikan sebagai n = 0,60 g/16,04 g mol-1 = 3,74 x 10-2 mol.
Maka, P = nRT/V = (3,74 x10-2 mol)(8,314 J mol-1 K-1) (298 K)/ 950 x
10-6 m3)= 9,75 x 104 J m-3 = 9,75 x 104 N m-2= 9,75 x 104 Pa
= 0,962 atm
Dengan bantuan tetapan gas, massa molekul relatif
gas dapat dengan mudah ditentukan bila massa w, volume V dan tekanan P
diketahui nilainya. Bila massa molar gas adalah M (g mol-1), akan diperoleh
persamaan (6.6) karena n = w/M.
PV = wRT/M (6.6)
maka
M = wRT/PV (6.7)
Latihan
6.2 Massa molekular gas
Massa wadah tertutup dengan volume 0,500 dm3 adalah
38,7340 g, dan massanya meningkat menjadi 39,3135 g setelah wadah diisi dengan
udara pada temperatur 24 °C dan tekanan 1 atm. Dengan menganggap gas ideal
(berlaku persamaan (6.5)), hitung "seolah" massa molekul udara.
Jawab: 28,2. Karena ini sangat mudah detail
penyelesaiannya tidak diberikan. Anda dapat mendapatkan nilai yang sama dari
komposisi udara (kira-kira N2:O2 = 4:1).
e.
Hukum tekanan parsial
Dalam banyak kasus Anda tidak akan berhadapan dengan
gas murni tetapi dengan campuran gas yang mengandung dua atau lebih
gas. Dalton tertarik dengan masalah kelembaban dan dengan demikian tertarik
pada udara basah, yakni campuran udara dengan uap air. Ia menurunkan hubungan
berikut dengan menganggap masing-masing gas dalam campuran berperilaku
independen satu sama lain.
Anggap satu campuran dua jenis gas A (nA mol)
dan B (nB mol) memiliki volume V pada temperatur T. Persamaan berikut
dapat diberikan untuk masing-masing gas.
pA = nART/V (6.8)
pB = nBRT/V (6.9)
pA dan pB disebut dengan tekanan parsial
gas A dan gas B. Tekanan parsial adalah tekanan yang akan diberikan
oleh gas tertentu dalam campuran seandainya gas tersebut sepenuhnya mengisi
wadah.
Dalton meyatakan hukum tekanan parsial yang
menyatakan tekanan total P gas sama dengan jumlah tekanan parsial
kedua gas. Jadi,
P = pA + pB = (nA + nB)RT/V (6.10)
Hukum ini mengindikasikan bahwa dalam campuran gas
masing-masing komponen memberikan tekanan yang independen satu sama lain.
Walaupun ada beberapa gas dalam wadah yang sama, tekanan yang diberikan
masing-masing tidak dipengaruhi oleh kehadiran gas lain.
Bila fraksi molar gas A, xA, dalam campuran xA =
nA/(nA + nB), maka pA dapat juga dinyatakan dengan xA.
pA = [nA/(nA + nB)]P (6.11)
Dengan kata lain, tekanan parsial setiap komponen
gas adalah hasil kali fraksi mol, xA, dan tekanan total P.
Tekanan uap jenuh (atau dengan singkat disebut tekanan
jenuh) air disefinisikan sebagai tekanan parsial maksimum yang dapat diberikan
oleh uap air pada temperatur tertentu dalam campuran air dan uap air. Bila
terdapat lebih banyak uap air, semua air tidak dapat bertahan di uap dan
sebagian akan mengembun.
Latihan
6.3 Hukum tekanan parsial
Sebuah wadah bervolume 3,0 dm3 mengandung
karbon dioksida CO2 pada tekanan 200 kPa, dansatu lagi wadah bervolume 1,0
dm3 mengandung N2 pada tekanan 300 kPa. Bila kedua gas dipindahkan ke
wadah 1,5 dm3. Hitung tekanan total campuran gas. Temperatur dipertahankan
tetap selama percobaan.
Jawab: Tekanan parsial CO2 akan menjadi 400 kPa
karena volume wadah baru 1/2 volume wadah sementara tekanan N2 adalah 300
x (2/3) = 200 kPa karena volumenya kini hanya 2/3 volume awalnya. Maka tekanan totalnya
400 + 200 = 600 kPa.
Sumber :
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/gas1/hukum-gas-ideal/